Senin, Desember 08, 2008

mengganti tempat

seperti biasa, saya selalu menulis puisi di specialforus.multiply.com. Namun, mungkin ada beberapa kesalahan sehingga membuat saya tidak bisa menulis di situ untuk sementara.
Sedangkan waktu akan terus berjalan, dan saya tidak lagi mempunyai kesempatan menulis sampai akhir januari. jadi, lebih baik saya tulis disini dulu, baru saya pindahkan ketika saya kembali dari peraduan.



-Biru-



laut dan langit



biru

suatu warna ter-arah bagi dunia



-Riphat





"Dingin pagi ini, dengan sunyi tanpa alasan ingin bersama ku. Susu coklat hangat memaksa, terlintas hati untuk kembali. Suatu ruang kerja yang selalu ku cinta"


-Penantian untuk bara api-



sebuah korek, ku ambil
mencoba ku gesek dengan terampil
kunyalakan api kecil
dengan niat, akan membesar dalam beberapa saat


namun


tak kunjung, melintas
berlinang, tidak berubah
terlalu, gemuruh angin menerpa
kupelihara, dengan sabar ku memutar dasar jiwa yang kasar


proses, memakan waktu


menanti terus menanti, berharap api terus menyala, tidak mati
menanti terus menanti, berharap tidak ada parasit menggali
menanti terus menanti, menanti lagi lagi menanti

api, titik terang. Mencuat dan terus merangsang

sahabat, sekarang hanya bara yang ku jaga.

Angin menuju Bandung dari Jakarta membawanya terbang



menghilang



bara api, kisah ini akan terkenang, sayang.


- Riphat

*untuk dia, tentang kita. ketika di penjara, menunggu masa. Catatan awal untuk melakukan eksplorasi kepada dunia.






-Terka-


sepertinya langit mengantuk
bergiliran semakin sayu
termenung aku, kerikil berbisik

terka, bagaimana dia mencairkan darah yang mulai membeku
terka, bagaimana dia menghentikan langkah jantung ku
terka, bagaimana dia membangun istana pasir kitu

sepertinya waktu berlari meninggalkan aku yang lelah
aku mencoba bergegas, namun apa daya
hanya keresahan yang menyemangati hati

gelinding bola itu pun terlihat sangat terburu-buru
memang warna putih itu mulai memudar
butiran-butiran nasi pun juga terbujuk

mereka mulai membusuk

ingin rasanya mencuci noda di kemeja itu
mencoba merasakan lagi bahwa tidak ada salahnya memakai lagi
memang tidak ada lagi lemari kosong yang dapat ku pakai?

terlihat manis puding yang ter pampang di rumah makan seberang
setelah berhasil mengumpulkan uang untuk membeli,
kecut.

terka, bagaimana aku membuka lacinya
terka, bagaimana aku menghabiskan air digelas kuning cerah, tanpa meminumnya
terka, terka, dan terka

terka, kata beralasan untuk meminta


-Riphat



-sudut, titik terbalik dan berharap-


adakah aku di sudut hati?
lagi ku tanya, adakah aku di sudut hati?
neon yang menyala, terpaksa dia
apakah?

terbawa bila, memutar dunia

hasrat bersua, waktu tak kunjung tiba
air meluap, aku dan kau terhadap
bencana bagi ku, biasa bagi mu

senja itu menuai daram ku cinta

genderang menabuh, terpukau aku
nafas terbuang, semakin larut
balut saja luka hati di sudut

lambat laun menjadi menahun
berserakan daun-daun
berulah, terjamak sudah

duhai adik, abang berbisik
sedang asik semua, tak ada
serangga mengusik, mereka berbalik

setiap garis yang ku tarik diatas kertas putih dalam sudut memelas

kapsul surat terbawa ombak di laut
terdampar hanya di hati suatu sudut
titik terang, terkarang bukan

selimut ku bercerita, cahaya nurani, cahaya abadi. Titik di sudut itu berlari, dari itu maka ku tanya.
Lagi dan terus terulang.
Adakah aku di sudut hati?
Nama ku setidaknya?
Bagaimana?
Kau tau mengapa aku memaksa?
Karena dirimu tertera di sudut hati

kau memulai cerita hidupku di dalam sebuah titik terpelihara di sudut
semakin banyak terlihat kerut
cinta ku abadi tanpa raut


-Riphat



"mendengar apa yang tidak kau katakan, melihat apa yang kau sembunyikan, dan menikmati cinta sudah pernah kau berikan"


-kembali-

Terpaku aku menyendiri, melihatnya samar. Geliat masa lalu kembali tersadar, rasa sesal kembali tercuat mekar. Angin siang menegur renungku, setelah memahami aku menyapa. Terdengar tawa syeikh itu tanpa sadar. Menyelinap kedalam aliran sempit menuju otak. Tawa demi tawa di telusurinya sejenak. Gugur pohon berbaris dan tersenyum. Lika-liku embun pagi tersirat kembali di hati.

Dengan santun, kembali ia mengetuk jendela tempat biasa aku memandang dunia.
Kembali ku melihat dirinya
renyah terdengar suaranya

gelagat tawa empuk dan tatapan mata terpuja.

Dia sosok sempurna ku. Termenung aku memikirkan nya, kembali. Terukir lagi kisah sempurna kami. Terkenang lagi, berharap kembali. Kenangan kisah sempurna membuatku lupa untuk mengedipkan mata. Habis kata-kata ku mengungkap kisah ini.

inilah cerita lama, kembali terjadi.

Semoga dia mengerti bahwa aku ingin dia kembali, membiarkan dunia tahu, kita (pernah dan akan selalu) bersama.

Karena terkunci sudah, aku dengannya.


-Riphat

"untuk ****** *****. Kau akan terkenang selalu. ingin aku mengulang kembali kisah kasih kita. Tapi yang sudah terjadi biar saja terjadi. Teringat ketika kau mengenalkan aku dengan apa itu cinta, hangatnya kasih sayang, dan bersihnya sebuah cinta putih. Maafkan atas segala rasa salah, keluh kesah, dan gelisah yang pernah aku adu kan. Semoga kita dapat bertemu kembali, karena kau adalah cinta abadi (ku) 150305"



-sa(ya)ng-

"untuk kicau burung yang seharusnya menemani setiap pagi ku. Teh hangat, udara segar, siap memulai hari"


Tidak ada alasan untuk diam, hasrat untuk bicara teredam.
Sudah saja ingatan yang kelam.
Terima kasih adik ku sayang,
engkau akan selalu terkenang,
kutemukan sebuah titik terang.
Sampai jumpa untuk sekarang,


kita akan bersua, temui aku

setelah aku selesai bertualang,
kita pasti bertemu sayang.


-Riphat